Indo2Global.com – Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan, mengumumkan komitmennya dalam mengatasi masalah kesepian yang semakin meningkat di kalangan warganya. Melalui program ambisius yang diberi nama “Seoul Bebas Kesepian” atau “Loneliness-Free Seoul,” pemerintah mengalokasikan dana sebesar 451,3 miliar won, setara dengan Rp 5 triliun, yang akan digunakan selama lima tahun ke depan. Tujuan utama program ini adalah untuk mencegah kematian akibat kesepian, yang dalam bahasa Korea dikenal dengan istilah godoksa.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kematian karena kesepian di Korea Selatan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2023, tercatat 3.661 kasus kematian yang disebabkan oleh kesepian, meningkat dari 3.559 pada tahun sebelumnya. Mayoritas korban adalah pria paruh baya yang sering kali ditemukan meninggal dalam keadaan sendirian, terpisah dari keluarga dan teman. Fenomena ini sangat memprihatinkan, mengingat Seoul pernah dikenal sebagai kota paling bahagia di dunia pada tahun 2016.
Salah satu inovasi dalam program “Seoul Bebas Kesepian” adalah peluncuran “Smart 24 Platform,” sebuah layanan yang tersedia baik secara online maupun offline untuk membantu warga yang merasa kesepian. Dikutip dari Korea Herald, program ini juga mencakup hotline 24 jam bernama “Goodbye Loneliness 120” yang akan mulai beroperasi pada bulan April tahun depan. Warga dapat mengakses layanan ini dengan mudah melalui Pusat Panggilan Dasan 120. Dengan menghubungi nomor tertentu, mereka akan langsung terhubung dengan konselor terlatih yang siap memberikan dukungan.
Program ini tidak hanya menargetkan individu yang merasa kesepian, tetapi juga memberikan ruang bagi keluarga, teman, dan tetangga untuk berperan aktif dalam memberikan dukungan. Pemerintah berharap langkah ini dapat mengurangi stigma terkait masalah kesehatan mental dan kesepian yang sering kali dianggap tabu.
Sebagai bagian dari upaya ini, Seoul juga akan mendirikan ruang komunitas yang dikenal sebagai Seoul Heart Convenience Stores. Ruang ini dirancang untuk memberi kesempatan bagi warga yang merasa terisolasi untuk berkumpul dan menikmati makanan sederhana, seperti Seoul Ramyeon. Sebelum mengunjungi ruang komunitas, pengunjung akan diminta mengisi daftar periksa untuk menilai tingkat isolasi sosial mereka. Ketika tiba, mereka akan disambut dengan makanan ringan sambil berkonsultasi dengan konselor.
Dalam upaya memperluas akses layanan kesehatan mental, pemerintah juga mengumumkan rencana untuk memperluas layanan konseling yang kini dapat diakses oleh semua penduduk, tidak hanya kelompok berisiko tinggi. Hal ini mencakup janji temu di institusi kesehatan mental publik dan swasta, serta program konseling satu lawan satu selama delapan minggu.
Untuk lebih mendorong keterlibatan sosial, pemerintah Kota Seoul akan memperkenalkan “Tantangan 365 Seoul,” yang menghubungkan berbagai acara dan aktivitas komunitas. Peserta yang berpartisipasi dalam tantangan ini akan mendapatkan insentif seperti tiket ke tempat wisata dan acara komunitas. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan makanan bergizi melalui layanan pesan antar, menjangkau warga yang tinggal sendirian dengan memberikan penilaian risiko isolasi.
Dengan meluncurkan “Pekan Bebas Kesepian,” pemerintah berupaya mengubah persepsi masyarakat mengenai kesepian. Acara-acara yang melibatkan tokoh-tokoh terkenal diharapkan dapat menginspirasi dan memotivasi warga untuk lebih terlibat dalam aktivitas sosial.
Seoul, sebagai ibu kota yang terus bertransformasi, berkomitmen untuk mengatasi endemi kesepian ini dengan pendekatan yang holistik dan inklusif. Melalui program-program inovatif ini, diharapkan masyarakat dapat kembali merasakan kebahagiaan dan konektivitas, mengubah wajah Seoul menjadi lebih cerah di masa depan.