Indo2global.com – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara resmi membubarkan kabinet perang yang selama ini mengawasi konflik di Gaza, Palestina. Langkah ini diambil setelah mantan panglima militer berhaluan tengah, Benny Gantz, meninggalkan koalisi pemerintahan Netanyahu. Kepergian Gantz meningkatkan ketergantungan Netanyahu pada sekutu ultra-nasionalis yang menentang gencatan senjata dengan Hamas.
Dilansir dari Associated Press, Selasa (18/6/2024), keputusan ini sudah diperkirakan sebelumnya. Netanyahu kini diyakini akan membentuk forum kecil untuk membahas isu-isu sensitif terkait perang, yang akan diisi oleh kabinet keamanan yang terdiri dari mitra pemerintahan sayap kanan. Mereka dikenal menentang perjanjian gencatan senjata dengan Hamas dan mendukung pendudukan kembali Gaza.
Kondisi politik ini diperkirakan akan menambah tantangan dalam perundingan yang sudah rapuh untuk mengakhiri perang delapan bulan di Gaza. Pejabat pemerintah mengatakan bahwa Netanyahu akan mengadakan forum kecil untuk membahas isu-isu sensitif perang ini.
“Langkah ini mencerminkan dinamika politik internal Israel yang semakin kompleks dan penuh tantangan,” ujar seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya.
Netanyahu juga menghadapi tekanan dari sekutunya, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir. Kedua menteri ultra-nasionalis tersebut mengancam akan menggulingkan pemerintah jika Israel melanjutkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
Kepergian Gantz mengguncang politik Israel pada saat yang sensitif. Mantan panglima militer yang populer ini dipandang sebagai negarawan yang meningkatkan kredibilitas Israel di mata mitra internasionalnya pada saat Israel berada dalam kondisi paling terisolasi. Gantz kini menjadi pemimpin partai oposisi di parlemen, yang menambah kekuatan oposisi terhadap pemerintahan Netanyahu.
Keputusan Gantz juga memicu pengunduran diri lainnya, seperti mantan panglima militer dan anggota partai Gadi Eisenkot yang meninggalkan kabinet perang, di mana ia berstatus sebagai pengamat.
Pemerintahan Netanyahu adalah pemerintahan Israel yang paling religius dan nasionalis dalam sejarah. Dalam sistem parlemen Israel yang penuh perpecahan, Netanyahu bergantung pada sekelompok partai kecil untuk mempertahankan kekuasaannya. Tanpa dukungan partai Gantz, Netanyahu diperkirakan akan semakin terikat pada sekutu sayap kanan.
Pembubaran kabinet perang ini terjadi saat Israel menghadapi keputusan-keputusan penting terkait keamanan. Israel dan Hamas sedang mempertimbangkan proposal terbaru untuk gencatan senjata dengan imbalan pembebasan sandera oleh Hamas selama serangan tersebut. Pasukan Israel terus menggempur Rafah dan menghadapi kebangkitan Hamas di berbagai wilayah. Selain itu, Israel juga mengalami peningkatan serangan di perbatasan utara dengan Lebanon.
“Situasi ini membutuhkan kepemimpinan yang tegas dan strategi yang matang untuk menjaga keamanan nasional,” kata seorang analis politik Israel.
Langkah Netanyahu membubarkan kabinet perang dan membentuk forum kecil menandakan perubahan strategi dalam menghadapi konflik di Gaza. Ini juga mencerminkan perubahan dinamika politik dalam negeri Israel yang dapat mempengaruhi hubungan internasional dan proses perdamaian di Timur Tengah.
Tekanan dari sekutu ultra-nasionalis dan oposisi domestik menunjukkan bahwa Netanyahu harus menemukan keseimbangan antara kepentingan keamanan dan politik. Keputusan-keputusan yang diambil dalam beberapa minggu ke depan akan sangat menentukan arah kebijakan Israel dalam menghadapi konflik Gaza dan tantangan keamanan lainnya.
Pembubaran kabinet perang oleh Netanyahu dan pembentukan forum kecil untuk membahas isu-isu sensitif perang mencerminkan perubahan signifikan dalam strategi Israel dalam menghadapi konflik Gaza. Kepergian Benny Gantz dan tekanan dari sekutu ultra-nasionalis menambah kompleksitas politik dalam negeri Israel, yang dapat mempengaruhi perundingan perdamaian dan hubungan internasional.
Netanyahu kini berada di persimpangan jalan, di mana setiap keputusan akan berdampak besar pada masa depan Israel dan stabilitas kawasan Timur Tengah. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, kepemimpinan yang bijak dan strategi yang matang sangat diperlukan untuk menjaga keamanan dan perdamaian.
Baca juga: Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Terkait Permintaan Afrika Selatan terhadap Israel
Sumber: Detik.