Indo2global.com – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, telah mengumumkan langkah kontroversial untuk memberikan perlindungan kepada sejumlah imigran ilegal yang menikah dengan warga negara AS. Keputusan ini terjadi setelah penangguhan sementara permohonan suaka di perbatasan selatan yang memunculkan rata-rata 2.500 migran harian.
Dalam pengumumannya, Biden menyatakan bahwa pasangan suami istri ini yang telah lama menetap dan berkontribusi pada masyarakat AS, seperti membayar pajak dan mengantar anak-anak ke sekolah, layak untuk mengajukan izin tinggal permanen. “Saya tidak tertarik bermain politik di perbatasan atau mengenai imigrasi. Saya tertarik untuk memperbaikinya,” tegas Biden, menegaskan niat baiknya untuk merestorasi ketertiban imigrasi.
Namun, langkah Biden ini tidak sepenuhnya diterima oleh semua pihak. Mantan Presiden Donald Trump, dalam pernyataannya, menggambarkan kebijakan ini sebagai “serangan langsung terhadap demokrasi Amerika.” Trump menjanjikan tindakan deportasi massal segera setelah kembali menjabat, dengan mengatakan bahwa kebijakan amnesti Biden akan dibatalkan pada hari pertama mandatnya.
Menurut Elizabeth Vaquera, seorang profesor sosiologi dan kebijakan publik di George Washington University, kebijakan Biden menunjukkan dukungan yang lebih pro-imigran, tetapi juga mengakui tekanan politik yang intens menjelang pemilu. “Saya rasa Amerika Serikat tidak mempunyai kapasitas untuk melakukan hal-hal yang dikampanyekan Trump seperti deportasi massal ini,” ujarnya.
Debat mengenai imigrasi telah memecah belah pemilih Amerika, dengan survei Pew Research menunjukkan lebih dari 60% pendukung Trump mendukung deportasi imigran ilegal secara nasional. Sementara itu, pemilih Partai Demokrat mulai menunjukkan pergeseran opini, dengan persentase yang tidak setuju dengan keberadaan imigran ilegal meningkat dari 9% menjadi 16% sejak debat terakhir antara Biden dan Trump tahun 2020.
Perdebatan ini menandai perbedaan mendasar antara dua visi tentang masa depan imigrasi Amerika, yang akan terus menjadi topik krusial dalam politik AS mendatang.
Baca juga: Korea Utara Terus Lakukan Provokasi, Kirim 720 Balon Sampah dan Tinja…
Sumber: Voa.