Indo2Global.com – Pada tanggal 23 September 2024, Israel mulai melancarkan serangan udara di Lebanon, sebuah langkah yang menunjukkan adanya pergeseran fokus dalam konflik yang berkepanjangan di kawasan tersebut. Angkatan Pertahanan Israel (IDF) dan Angkatan Darat Lebanon diperkirakan akan berhadapan untuk mempertahankan kedaulatan masing-masing negara. Serangan ini dianggap sebagai bagian dari “fase baru” dalam operasi militer Israel, yang sebelumnya lebih terfokus pada Gaza.
Sebelum serangan udara tersebut, Israel telah meluncurkan beberapa serangan awal di Lebanon dan Suriah, serta mengalami serangan rudal dari Hizbullah ke wilayah utara Israel. Dalam konteks ini, laporan dari Lebanon menyebutkan bahwa sejak dimulainya “Operasi Panah Utara,” sebanyak 558 orang telah tewas, dan 1.835 orang mengalami luka-luka akibat konflik yang terus meningkat.
Perbandingan Angkatan Bersenjata Lebanon dan Pasukan Pertahanan Israel
Dalam menganalisis dinamika kekuatan militer, penting untuk membandingkan kemampuan Angkatan Bersenjata Lebanon dengan Pasukan Pertahanan Israel. Angkatan Bersenjata Lebanon, yang terdiri dari angkatan darat, angkatan udara, dan angkatan laut, bertugas dalam misi pertahanan dan keamanan. Menurut Aram Nerguizian, penasihat senior program hubungan sipil-militer di negara-negara Arab, Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) telah bertransformasi menjadi lembaga militer yang lebih profesional setelah penarikan pasukan Suriah pada tahun 2005. Namun, LAF masih menghadapi tantangan dalam membatasi otonomi kekuatan politik yang memengaruhi jajaran militer.
Berdasarkan CIA World Factbook, Angkatan Darat Lebanon memiliki sekitar 73.000 tentara aktif, yang terdiri dari 70.000 di angkatan darat, serta 1.500 masing-masing di angkatan laut dan udara. LAF bermarkas di Yarze, sebuah kota di sebelah tenggara Beirut. LAF juga membuka kesempatan bagi perempuan untuk bergabung, yang kini menyumbang sekitar 5% dari total pasukan.
Namun, Angkatan Bersenjata Lebanon berada di peringkat ke-118 dari 145 negara dalam hal kekuatan, berdasarkan data dari GlobalFirepower.com. Meskipun Lebanon mengimpor senjata dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Republik Ceko, dan Turki, kapasitas militernya tetap terbatas.
Sebaliknya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memiliki kekuatan yang jauh lebih besar. Didirikan pada tahun 1944, IDF terdiri dari angkatan darat, udara, dan laut. Tidak seperti di Lebanon, layanan militer di Israel bersifat wajib bagi warga yang beragama Yahudi, Druze, atau Sirkasia. Mereka yang terdaftar di IDF diharuskan untuk bertugas minimal 32 bulan untuk pria dan dua tahun untuk wanita.
Baca juga: Keamanan Presiden Jokowi Jadi Prioritas Utama Paspampres Usai Insiden Penembakan Donald…
IDF menempati peringkat ke-17 dari 145 negara dalam hal kekuatan, berdasarkan GlobalFirepower.com. Dengan anggaran militer sebesar US$24,4 miliar pada tahun 2024, IDF memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan Lebanon yang hanya sebesar US$995 juta. IDF memiliki sekitar 170.000 personel aktif dan 300.000 hingga 400.000 personel cadangan, menjadikannya salah satu angkatan bersenjata terkuat di kawasan.
Motto IDF, “Pertahanan adalah misi kami—keamanan adalah tujuan kami,” mencerminkan komitmen mereka terhadap perlindungan negara. Selain itu, IDF terkenal dengan kemampuan bertarung menggunakan Krav Maga dan melakukan serangan-target yang efektif dalam sejarah militernya.
Dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Lebanon, konflik ini tidak hanya berdampak pada kedua negara, tetapi juga pada stabilitas kawasan yang lebih luas. Upaya internasional untuk meredakan ketegangan semakin mendesak, terutama mengingat jumlah korban yang terus bertambah. Dalam situasi yang kompleks ini, kedua pihak harus mempertimbangkan langkah-langkah untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mengedepankan dialog untuk mencapai solusi yang damai.
Sumber: CNBC.