Indo2global.com – Vatikan tengah bersiap menggelar konklaf untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April lalu. Sebanyak 133 kardinal dari 70 negara telah tiba di Roma, termasuk perwakilan dari Indonesia, Kardinal Ignatius Suharyo. Proses pemilihan dijadwalkan dimulai pada Selasa sore, 7 Mei 2025, bertempat di Kapel Sistina, kawasan Vatikan.
Dalam rangka menjaga kerahasiaan dan kekhusyukan proses pemilihan, otoritas Vatikan mengumumkan pemutusan sementara seluruh sinyal telepon di dalam wilayah negara tersebut selama konklaf berlangsung. Namun, pemutusan jaringan tidak akan berlaku di Lapangan Santo Petrus yang akan tetap aktif mengingat banyaknya peziarah yang diperkirakan berkumpul di sana untuk menyambut paus baru.
Langkah ini diambil guna mencegah kebocoran informasi serta menjamin para kardinal dapat menjalankan tugas secara independen, tanpa campur tangan atau tekanan eksternal. Selain kardinal, seluruh staf pendukung seperti petugas medis, operator lift, juru masak, hingga petugas kebersihan juga diambil sumpah untuk menjaga kerahasiaan.
Konklaf sendiri merupakan tradisi berabad-abad yang memiliki tata cara ketat dan simbolik. Para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun akan dikarantina di wisma Santa Marta dan dilarang berkomunikasi dengan dunia luar hingga pemimpin baru Gereja Katolik terpilih. Pada hari pertama, mereka akan memberikan satu suara. Selanjutnya, akan dilakukan empat kali pemungutan suara setiap hari sampai satu kandidat memperoleh dukungan dua pertiga.
Jika belum ada hasil, surat suara akan dibakar dan menghasilkan asap hitam sebagai penanda belum terpilihnya paus baru. Sebaliknya, asap putih akan menandai terpilihnya pemimpin baru yang kemudian akan diperkenalkan kepada publik dari balkon Basilika Santo Petrus, tempat tirai merah telah terpasang sejak awal pekan.
Menjelang konklaf, para kardinal menggelar pertemuan persiapan terakhir secara tertutup. Pembahasan mencakup berbagai isu utama seperti kondisi keuangan Vatikan, skandal yang pernah mengguncang gereja, hingga arah misi Gereja di masa mendatang. Fokus utama yang dibicarakan adalah karakter dan kualifikasi paus selanjutnya.
Dalam pernyataan resmi, Vatikan menekankan bahwa pemimpin baru harus menjadi pribadi yang dekat dengan umat, mampu menjadi jembatan bagi berbagai persoalan umat manusia, serta memiliki kepedulian terhadap realitas sosial yang sedang dihadapi dunia. Ia juga diharapkan mampu menjaga kesatuan Gereja di tengah tantangan global.
Konklaf kali ini menjadi salah satu yang paling besar dan paling internasional sepanjang sejarah, mencerminkan keberagaman wajah Gereja Katolik modern. Kendati tidak ada batasan waktu resmi, konklaf diperkirakan tidak akan berlangsung terlalu lama, mengingat dua paus sebelumnya terpilih dalam waktu kurang dari tiga hari.
Dengan segala persiapan yang telah dilakukan, dunia kini menanti sosok yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan Gereja Katolik dari Paus Fransiskus. Suasana penuh harap menyelimuti Vatikan, sementara jutaan umat di berbagai belahan dunia mengikuti perkembangan ini dengan cermat.