Jimmy Carter, mantan Presiden Amerika Serikat ke-39, meninggal dunia pada usia 100 tahun. Carter menghembuskan napas terakhir di rumahnya di Plains, Georgia, pada Minggu (29/12) sore waktu setempat. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh Carter Center dalam sebuah pernyataan resmi, Senin (30/12).
Carter menjabat sebagai Presiden AS selama satu periode dari tahun 1977 hingga 1981. Sepanjang masa kepresidenannya, ia dikenal karena kebijakan diplomasi yang berfokus pada perdamaian dan hak asasi manusia. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah menengahi perjanjian damai antara Mesir dan Israel melalui Kesepakatan Camp David pada 1978. Perjanjian tersebut membawa hubungan diplomatik dan ekonomi penuh antara kedua negara.
Lahir pada 1 Oktober 1924 di Plains, Georgia, Carter tumbuh dalam keluarga petani kacang tanah. Setelah menyelesaikan pendidikan di Akademi Angkatan Laut AS, ia menjalani karier sebagai perwira sebelum kembali ke kampung halamannya untuk mengelola bisnis keluarga. Carter memulai karier politiknya sebagai senator negara bagian Georgia dan kemudian menjadi gubernur sebelum akhirnya terpilih sebagai Presiden.
Setelah meninggalkan Gedung Putih, Carter aktif dalam kegiatan kemanusiaan melalui Carter Center, yang didirikannya bersama istrinya, Rosalynn, pada 1982. Organisasi ini berfokus pada mempromosikan perdamaian, demokrasi, dan pencegahan penyakit di seluruh dunia. Dedikasinya terhadap misi kemanusiaan membuatnya menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada 2002.
Namun, perjalanan politik dan pasca-kepresidenan Carter tidak luput dari kontroversi. Pada 2006, ia mengkritik kebijakan Israel terhadap Palestina dan menyebutnya sebagai bentuk “apartheid.” Pernyataannya ini memicu perdebatan luas di dalam dan luar negeri. Selain itu, kebijakan ekonominya selama menjabat, yang menghadapi tantangan inflasi tinggi dan pengangguran, menuai kritik dari berbagai pihak.
Baca juga: Sinergi Kakorlantas Polri dan BUMN Jamin Kelancaran Libur Natal dan Tahun Baru
Carter didiagnosis menderita kanker pada 2015, tetapi tetap optimis menjalani kehidupannya. Pada Februari 2023, ia memilih perawatan hospice setelah serangkaian rawat inap. Meski kesehatannya menurun, ia sempat merayakan ulang tahunnya yang ke-100 bersama keluarga dan masyarakat di Plains, Georgia, pada 1 Oktober lalu.
Selama masa kepemimpinannya, Carter juga berperan dalam membangun hubungan diplomatik dengan Tiongkok dan merundingkan pembatasan senjata nuklir dengan Uni Soviet. Ia berupaya mengalihkan ketergantungan energi AS ke sumber terbarukan, meskipun inisiatifnya mengalami hambatan di Kongres.
Carter dikenang sebagai presiden dengan umur terpanjang dalam sejarah AS dan sebagai tokoh yang terus aktif berkontribusi bagi dunia bahkan setelah masa jabatannya berakhir. Keluarganya menyampaikan bahwa ia berharap dapat menyaksikan Pemilu AS berikutnya pada November mendatang, meskipun harapan itu tidak terwujud.
Kepergian Jimmy Carter meninggalkan warisan yang kompleks, mencakup prestasi diplomasi internasional, pengabdian kemanusiaan, serta pandangan politik yang kerap memicu diskusi hangat. Dunia kini mengenang kontribusinya sebagai pemimpin yang berjuang untuk perdamaian dan keadilan.