Indo2global.com – Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik berusia 88 tahun, menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Gemelli, Roma, sejak 14 Februari 2025. Kondisi kesehatan Paus menjadi perhatian global, terutama setelah mengalami beberapa krisis pernapasan akut.
Perkembangan Kondisi Kesehatan
Pada 22 Februari 2025, Paus Fransiskus mengalami krisis pernapasan berkepanjangan yang menyerupai asma, memerlukan pemberian oksigen aliran tinggi. Tes darah menunjukkan trombositopenia terkait anemia, sehingga diperlukan transfusi darah. Meskipun tetap sadar dan duduk di kursi, kondisi kesehatannya masih dianggap kritis.
Selanjutnya, pada 28 Februari 2025, Paus mengalami bronkospasme terisolasi, yaitu pengetatan otot-otot yang melapisi saluran udara di paru-paru. Kondisi ini menambah kompleksitas masalah pernapasan yang dihadapinya.
Pada 3 Maret 2025, Paus Fransiskus mengalami dua episode gagal napas akut akibat akumulasi lendir endobronkial dan bronkospasme. Gagal napas akut adalah kondisi yang mengancam jiwa, terjadi ketika paru-paru tidak dapat mengalirkan cukup oksigen ke dalam darah atau ketika karbon dioksida menumpuk di dalam tubuh.
Pembaruan Kondisi Terbaru
Pada 4 Maret 2025, Vatikan melaporkan bahwa kondisi klinis Paus Fransiskus tetap stabil tanpa gagal napas atau bronkospasme. Meskipun demikian, ia tetap mengenakan masker oksigen sepanjang malam sebagai tindakan pencegahan. Paus tidak mengalami demam, tetap waspada, dan dapat bekerja sama dengan tim kesehatannya. Namun, prognosisnya masih belum pasti, menunjukkan bahwa dokter belum dapat memprediksi kemungkinan hasilnya.
Para ahli medis menyatakan keprihatinan atas kondisi Paus yang rentan. Bruno Crestani, kepala departemen pulmonologi di rumah sakit Bichat, Paris, menyebut bahwa pada usia 88 tahun, dirawat di rumah sakit selama dua minggu dan mengalami ketidaknyamanan pernapasan berulang adalah tanda yang sangat buruk.
Dampak Terhadap Kepemimpinan Gereja
Kesehatan Paus Fransiskus yang rentan menimbulkan spekulasi mengenai masa depan kepemimpinan Gereja Katolik. Meskipun belum ada pernyataan resmi mengenai kemungkinan pengunduran diri atau penunjukan pengganti, situasi ini memicu diskusi di kalangan umat dan pejabat gereja.
Kondisi kesehatan Paus Fransiskus terus dipantau dengan cermat oleh tim medis dan umat Katolik di seluruh dunia. Meskipun ada tanda-tanda perbaikan, ketidakpastian prognosis menimbulkan kekhawatiran. Dukungan dan doa dari berbagai pihak diharapkan dapat memberikan kekuatan bagi Paus dalam menghadapi masa pemulihan ini.