Indo2Global – Mesir, pada hari Sabtu (17/2), mengumumkan rencananya untuk membangun pusat logistik di Rafah guna mempermudah pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, yang saat ini menjadi sasaran serangan dan pendudukan oleh Israel.
Gubernur Sinai Utara, Mayjen Muhammad Abdulfadil, mengungkapkan bahwa pusat logistik tersebut akan dibangun di kota perbatasan, termasuk di perbatasan Rafah yang menghubungkan Mesir dengan Jalur Gaza.
Abdulfadil menambahkan bahwa tentara Mesir telah memulai pembangunan pusat logistik di Al-Arish dengan tujuan untuk mendukung operasi Bulan Sabit Merah dan mengurangi kemacetan di daerah tersebut serta di jalan raya sekitarnya.
“Pusat logistik ini direncanakan akan dilengkapi dengan fasilitas tempat parkir truk, gudang yang aman, kantor administrasi, akomodasi untuk pengemudi, serta fasilitas lain seperti pasokan air dan listrik,” ungkap Abdulfadil.
Dia juga menjelaskan bahwa bantuan yang ditujukan ke Gaza akan diangkut melalui darat, laut, dan udara ke wilayah Sinai, dan langkah-langkah sedang diambil untuk mengangkut bantuan tersebut menggunakan truk dari Pelabuhan Al-Arish dan Bandara Internasional Al-Arish.
Selain itu, situasi di Rafah, di perbatasan selatan Gaza, menjadi perhatian karena telah dihuni oleh sekitar 280 ribu warga Palestina sebelum eskalasi konflik dengan Israel terjadi.
Pada serangan tanggal 7 Oktober 2023, sebanyak 1,9 juta orang di Gaza terpaksa mengungsi, meninggalkan daerah tersebut yang pada awalnya dihuni oleh sekitar 2,3 juta orang. Mayoritas dari mereka kemudian mencari perlindungan di Rafah, yang dianggap sebagai tempat yang relatif aman.
Namun, dengan masuknya lebih banyak pengungsi Palestina dari wilayah utara, populasi Rafah melonjak menjadi lebih dari 1,4 juta orang, yang merupakan empat kali lipat dari jumlah aslinya. Hal ini menyebabkan kesulitan tambahan dalam menyediakan perumahan yang layak bagi para pengungsi.
Para warga Palestina yang tinggal di Rafah terpaksa bertahan hidup dalam tenda-tenda darurat akibat kurangnya infrastruktur perumahan yang memadai. Selain itu, serangan udara yang sering dilakukan oleh pasukan Israel menambah ketegangan di daerah tersebut.
Ada kekhawatiran bahwa jika Israel melancarkan serangan darat ke Rafah, maka tidak akan ada tempat yang aman bagi warga sipil di Gaza. Pada 9 Februari, Perdana Menteri Israel, Netanyahu, memerintahkan tentara dan pasukan keamanan untuk “mempersiapkan rencana serangan ke Rafah,” menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih lanjut di wilayah tersebut.
Baca juga: IHSG Menguat 2% Pasca Quick Count Pemilu 2024, Prabowo-Gibran Mendominasi
Sumber: ANTARA.