Indo2Global.com – Amerika Serikat (AS) dan Jerman telah mengumumkan rencana untuk menempatkan rudal jarak jauh, termasuk sistem SM-6 dan Tomahawk, di Jerman mulai tahun 2026. Keputusan ini diumumkan dalam sebuah pernyataan bersama dari Gedung Putih pada hari Rabu, menandai langkah signifikan dalam strategi pertahanan regional AS di Eropa.
SM-6, rudal anti-udara dengan jangkauan mencapai 460 km (290 mil), dan Tomahawk, rudal jelajah yang mampu menyerang target lebih dari 2.500 km jauhnya, sebelumnya dilarang di Eropa sesuai dengan perjanjian INF yang krusial pada era Perang Dingin. AS menarik diri dari perjanjian INF pada tahun 2019, mengklaim bahwa Rusia telah melanggar perjanjian tersebut dengan mengembangkan rudal yang dilarang.
“Dalam upaya untuk memperkuat kehadiran kami dan mendukung keamanan regional, AS akan mulai menempatkan kemampuan penembakan jarak jauh di Jerman sebagai bagian dari strategi kami di Eropa,” kata pernyataan resmi Gedung Putih.
Selain SM-6 dan Tomahawk, AS juga sedang mengembangkan senjata hipersonik yang direncanakan akan ditempatkan di Jerman dengan jangkauan jauh lebih luas dari senjata yang saat ini berada di darat di Eropa. Meskipun demikian, Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi bahwa pengembangan senjata hipersonik masih dalam tahap awal dan belum diluncurkan.
Reaksi terhadap keputusan ini tidak sebatas kebijakan. Rusia, yang telah menegaskan kembali ketaatan mereka terhadap perjanjian INF, menanggapi langkah AS ini dengan keras. Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam pernyataannya bulan ini, mengecam AS atas pengerahan rudal-rudal ini di Eropa dan mengklaim bahwa tindakan tersebut sebagai bentuk agresi yang mengancam stabilitas regional.
“Kami melihat langkah ini dari AS sebagai ancaman langsung terhadap keamanan kami,” kata Putin, menambahkan bahwa rencana AS untuk menempatkan senjata di Denmark dan Filipina juga merupakan bagian dari strategi militer yang meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
Sementara AS dan Jerman menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan regional dan tidak ditujukan sebagai ancaman terhadap negara mana pun, reaksi keras dari Moskow menandai ketegangan tambahan dalam hubungan antara AS dan Rusia. Pasukan AS telah melakukan latihan militer dengan menggunakan rudal SM-6 di Denmark dan Filipina, meskipun klaim ini telah dibantah oleh pihak Denmark.
Dalam konteks ini, langkah-langkah AS untuk menempatkan rudal-rudal jarak jauh di Jerman dan Eropa memicu perdebatan tentang stabilitas keamanan regional dan dampaknya terhadap hubungan internasional yang lebih luas. Meskipun demikian, AS dan Jerman berharap bahwa keputusan ini akan mengukuhkan kehadiran mereka dalam mempertahankan stabilitas di kawasan yang semakin kompleks ini.
Baca juga: DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata Israel-Hamas, Rusia Abstain
Sumber: Sindonews.