Indo2Global.com – BRICS, aliansi negara-negara berkembang yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, baru-baru ini menyatakan kesiapan untuk membuka pintu keanggotaan bagi negara-negara NATO. Langkah ini dipandang sebagai pergeseran signifikan yang dapat memengaruhi dinamika keuangan global, khususnya jika negara-negara Barat memutuskan untuk bergabung dengan blok ini. Dalam beberapa waktu terakhir, BRICS telah memperkuat agenda dedollarisasi, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan dunia pada dolar AS sebagai mata uang utama perdagangan internasional. Hal ini dipandang sebagai upaya organisasi ini untuk memperkuat posisi mereka dalam sistem keuangan global dan menciptakan alternatif bagi negara-negara yang ingin menghindari dominasi dolar.
Konflik antara negara-negara Barat yang maju dan negara-negara berkembang semakin memanas, terutama setelah sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat terhadap Rusia pada 2022 akibat invasi Rusia ke Ukraina. Meskipun sanksi ini telah memperketat akses ekonomi Rusia, negara tersebut tetap berhasil mempertahankan ekspor minyak mentahnya dengan menawarkan harga diskon kepada anggota BRICS. Bahkan, beberapa anggota NATO dilaporkan turut memanfaatkan situasi ini, meskipun secara tidak langsung. Sebagai contoh, Arab Saudi membeli minyak Rusia dengan harga yang lebih murah dan kemudian menyalurkannya ke pasar Eropa, di mana sebagian besar negara merupakan anggota NATO.
Pernyataan baru-baru ini dari Juru Bicara Rusia, Dmitry Peskov, mengindikasikan bahwa BRICS tidak akan memberlakukan persyaratan yang ketat seperti yang diterapkan NATO terhadap anggotanya. “Anda bersama kami atau melawan kami. Di BRICS, setiap negara bebas mengajukan permohonan keanggotaan, termasuk anggota NATO,” ujar Peskov, dikutip dari Watcher Guru pada Senin (4/11/2024). Menurutnya, berbeda dengan NATO yang cenderung menempatkan batasan bagi negara anggotanya untuk bergabung dengan aliansi lain, BRICS menawarkan kebebasan yang lebih besar.
Lebih lanjut, Peskov menegaskan bahwa organisasi ini tidak akan menggunakan pendekatan yang eksklusif dan menekan negara-negara untuk memilih pihak tertentu. “Kebijakan ‘bergabung dengan kami atau melawan kami’ tidak berlaku di BRICS,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa sistem tersebut lebih umum ditemukan dalam NATO dan Uni Eropa, di mana negara anggota harus menentukan aliansi dengan jelas. “Di BRICS, tidak ada tekanan untuk memilih antara NATO atau BRICS, atau antara Uni Eropa dan Rusia. Ini yang membuat organisasi ini semakin menarik di mata negara-negara di dunia,” lanjut Peskov.
Baca juga: Netanyahu Serukan Kebebasan Iran, Muncul Kekhawatiran Eskalasi Konflik
BRICS mengklaim bahwa organisasinya memberikan perlakuan yang setara kepada semua negara anggota dan tidak ada negara yang mendominasi. Dalam pernyataannya, Peskov mengatakan, “Tidak ada satu negara pun yang mengklaim sebagai tulang punggung organisasi. Semua negara memiliki hak yang sama dan aspirasi mereka didengarkan.” Hal ini menjadi poin pembeda BRICS dari NATO, yang selama ini dianggap berpusat pada kepemimpinan Amerika Serikat sebagai kekuatan utama.
Sinyal terbuka dari BRICS kepada NATO memunculkan berbagai spekulasi di kalangan analis politik dan ekonomi. Beberapa pengamat menilai bahwa jika negara-negara Barat benar-benar mempertimbangkan untuk bergabung dengan BRICS, hal ini akan mengubah peta keuangan global secara fundamental. Potensi kolaborasi antara negara-negara berkembang dan maju dapat memperkuat ekonomi global dan menciptakan keseimbangan baru dalam perdagangan internasional.
Namun, tidak sedikit pula pihak yang skeptis terhadap kemungkinan ini. Beberapa analis berpendapat bahwa perbedaan ideologi dan kebijakan antara negara-negara BRICS dan NATO dapat menjadi hambatan besar. Meski demikian, wacana ini dinilai sebagai langkah strategis BRICS untuk memperluas pengaruhnya dan meningkatkan peran dalam percaturan global.
Kesediaan BRICS untuk menerima anggota dari aliansi NATO menunjukkan pendekatan yang inklusif, sesuatu yang jarang terjadi di panggung internasional. Dengan menawarkan keanggotaan tanpa syarat “Anda bersama kami atau melawan kami,” organisasi ini memperlihatkan tekadnya untuk menjadi platform yang lebih terbuka dan fleksibel. Bagi negara-negara yang ingin berpartisipasi dalam sistem ekonomi global tanpa harus memilih blok tertentu, organisasi ini mungkin menjadi opsi yang semakin menarik di masa depan.